Pengendara motor
melawan arus
Jika di Negara Orang
lain atau tepatnya di Negara-negara Eropa kehidupan dijalanan bisa dikatakan
tergolong tertib walau masih ada saja segelintir orang yang tidak mengikuti
aturan.
Jika lampu merah
biasanya pasti stop hijau jalan, dan jika ada antrian pasti semua ikut.
Tapi bagaimanakah
kehidupan di negara kita???
Bagaimana Logika
Orang Indonesia? Indonesia itu unik. Cara berpikir kita terlalu
sinetron karena memang dipengaruhi sinetron. Ambisi ingin menjadi
kaya raya, tapi ketika berbicara dan bertindak seolah miskin.
Saya jadi ingat
ketika Ahmadinejad masih memimpin sebagai pemimpin Iran,
banyak sekali orang kita yang bilang: wah kalau pemimpin hebat itu ya
seperti Ahmadinejad. Mengapa banyak yang bilang demikian?
Karena Ahmadinejad memakai baju bolong - bolong, pernah sholat di
pinggir jalan, makan-makanan sederhana.
Wah, menjadi
pemimpin hebat ternyata mudah ya. Padahal kalau dipikir-pikir, Iran
di bawah pemerintahan dia yang egois dan ekstrim, makin dikucilkan.
Ekonomi morat marit, inflasi tinggi, industri dalam negeri Iran juga
banyak yang mati. Hehe.
Yah, sebagian
kita yang tadinya simpatik ke Ahmadinejad akhirnya antipati juga sih.
Eh tapi bukan karena ketidakbecusan kepemimpinan dia loh. Tapi
karena dia seorang Syiah. Walah… Alasan
memuja tidak
substansial, alasan membenci juga tidak substansial.
Logika Orang Indonesia: Makin Miskin Makin Benar
Alur pikir “makin miskin makin benar” paling tercermin
di jalan raya.
Sesuai dengan pepatah, kalau mau lihat kematangan
sebuah bangsa lihatlah pada lalu lintasnya. Sebuah kasus menarik terjadi di
Selasa malam tanggal 13 Mei kemarin di jalan I Gusti Ngurah Rai, Pondok Kopi,
Jakarta. Sebuah motor yang melaju kencang di jalur yang berlawanan arah
bertabrakan dengan mobil Yaris yang sudah sesuai dengan jalurnya.
Si pengendara motor, Muhammad, seketika meninggal
dunia. Namun ironisnya, hidup matinya Muhammad ternyata tetap membawa kesialan
bagi orang lain. Adalah Austin sang pengendara mobil Yaris yang akhirnya
menjadi bulan-bulanan dihakimi di tengah jalan oleh para pemotor lainnya. Ada
yang menjadi saksi mengatakan sambil memukuli beberapa pemotor menyebutkan “orang
kaya tanggung jawab loe” dan “jangan mentang-mentang punya
mobil”
Sebagian dari kita memang TERLALU SOMBONG
DALAM KEMISKINAN (baik mental maupun materi).
· - Apakah punya
mobil berarti kaya?
· - Apakah punya
mobil mentang-mentang?
· - Apakah salah
yang punya mobil kalau yang lain hanya mampu beli motor?
·
Dan SALAHKAH
Austin?
Salahkah
Austin? Tentu tidak karena berjalan di jalur yang benar dan hanya berkecapatan
normal sekitar 60 km/jam. Salah Austin hanya satu: ia bermobil dan dengan
demikian ia dianggap termasuk kalangan kaya yang seharusnya dipersalahkan dalam
kondisi apa pun dan dengan logika mana pun.
Sebagian
pengendara motor yang ikut menghakimi bisa jadi memiliki logika yang
sama, logika sinetron.
Orang kaya =
jahat, yang lebih miskin = kebenaran. Sedih sekali nasib bangsa ini.
Sedihnya karena
logika kita
justru terlalu materialistis hingga kebenaran pun dipautkan dengan
persepsi “apa yang
dipunya”,
BUKAN apa yang sebenarnya terjadi. Hanya bangsa materialistis yang
mendikotomikan
kaya dan
miskin.
viagra asli
BalasHapusjual viagra
toko viagra
viagra usa
viagra original
obat viagra
viagra pfizer
obat kuat viagra
obat viagra asli
agen viagra asli
apotik viagra asli
toko viagra asli
jual viagra asli
viagra pfizer asli
viagra original usa
viagra asli pfizer
viagra asli usa
viagra asli original
viagra cod jakarta
viagra jakarta
viagra asli jakarta
obat kuat jakarta
obat kuat asli jakarta
jual viagra jakarta
toko viagra jakarta
agen viagra jakarta
apotik viagra jakarta
toko obat kuat jakarta
harga viagra
beli viagra
titan gel asli
titan gel
jual titan gel
toko titan gel
jual cialis
toko cialis
cialis asli
cialis jakarta
cialis asli jakarta
viagra asli
jual viagra
toko viagra
toko viagra asli
jual viagra asli
viagra asli jakarta
viagra jakarta
toko viagra asli
jual viagra asli
viagra asli
jual viagra
toko viagra
viagra asli