Selasa, 25 Agustus 2015

Sejarah Masjid Jami' Ismailiyah Bedagai




Kerajaan Bedagai yang meninggalkan jejak sejarah kebesaran dan kemashuran yaitu sebuah Masjid Jamik Ismaliyah yang berlokasi di Desa Pekan, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai.
Bangunan masjid ini berdiri menawan dengan dinding dan tiang yang berada dalam koridor asli yang masih kokoh menyangga gedung.

Keunikan dan konstruksinya dipengaruhi oleh berbagai unsur luar yang kemudian lebur dalam warna kebangsawanan daerah.

Menurut Nazir Mesjid, Tengku Abdul Azim (65) yang biasa di sapa Pak Kunteng mengatakan, kalau warna asli ornamen melayu kerajaan dan masjid adalah warna kuning putih dan biru.

“Warna asli khas Kerajaan Bedagai adalah kuning, biru dan putih,” ujarnya sembari memperlihatkan seluruh arsitektur bangunan masjid di dalam dan diluar bersama koran ini, Kamis (13/1).
Dia menjelaskan masjid ini didirikan tahun 1882, atas perintah Tengku Ismail, yakni leluhur Tengku Ostman Raja dari Kerajaan Deli yang kini bersinggasana di Medan.

Saat itu, kerajaan yang dipimpin Tengku Ismail gelar Pangeran Sulung Laut ini masih bernama Negeri Padang Bedagai dengan wilayah kekuasaan meliputi Tanjung Beringin, Sei Rampah, Teluk Mengkudu, Dolok Masihul dan Bandar Khalifah. Tidak bisa dipungkiri, garis-garis wilayah dan nama daerah itu telah turut mengilhami pembentukan Kabupaten Serdang Bedagai saat ini.

Arsitektur Masjid Jamik Ismailiyah Tanjung Beringin secara umum diilhami gaya bangunan Turki dan Arab.
Ini dapat dilihat dari ukiran dan relief nama Allah dan Muhammad pada tiang penyangga teras masjid. Ukiran-ukiran itu sebanyak 24 buah dan kondisinya masih sangat baik. Bahan-bahan bangunan, mulai dari tiang, atap, dinding dan lantai, didatangkan dari Pulau Penang (Malaysia).

Di bagian dalam masjid, terdapat empat tiang penyangga yang menampilkan kesan kokoh.

Pilar-pilar ini berdiri agak berdekatan karena ruang bagian dalam masjid memang tidak terlalu luas. Tiang-tiang tersebut sekaligus dijadikan sebagai pembatas tempat shalat antara lelaki dan perempuan.

Mimbar khutbah yang terbuat dari kayu dipenuhi ukiran yang sangat rumit. Sama seperti pernak-pernik lainnya, mimbar ini juga diboyong dari Penang. Ciri khas berikutnya adalah kedudukan delapan pintu dan enam jendela yang terasa melegakan dibanding ukuran masjid yang tidak terlalu besar. Pintu-pintu dan jendela itu dirancang dengan desain yang simpel, masih asli dan berdaun.

Sedangkan desain atap masjid menonjolkan bentuk istana dengan model lebah bergantung. Kubahnya sama dengan kubah masjid lain, namun sedikit lebih memanjang ke belakang. Ini dibuat agar masjid terlihat indah jika dipandang dari depan.

Tembok pagar tua setinggi satu meter dan lantai mesjid juga masih baik kondisinya, begitu juga tempat berwudhuk di sebelah kanan bangunan. Namun menara mesjid dengan ketinggian kurang lebih 15 meter dibangun menyusul.
Mengitari masjid ke arah belakang, tampak deretan makam dengan berbagai ukuran, di Masjid Jamik Ismailiyah sendiri, ada tiga makam yang agak menonjol dan menarik perhatian. Ketiga makam ini dipagar besi. Disanalah almarhum Tengku Ismail dan kedua adiknya, Tengku Rahmad dan Tengku Rasyid dikuburkan.

Ditulis ulang dari sumber lain oleh pematangbuluh.blogspot.com

1 komentar: