Senin, 28 September 2015

Jika di Jawa 1 ha bisa menghasilkan 10 ton lebih, di Sumatera cuma..???

Kemarin saya sangat terkejut membaca sebuat berita disebuah surat kabar nasional  terkenal yang berjudul Jokowi : Saya nggak mau apa-apa, yang penting semua senang
Surat kabar tersebut mengabarkan tentang acara Presiden jokowi yang mengundang puluhan pengusaha penggilingan padi dan pedagang beras dari berbagai daerah ke Istana Negara. Presiden meminta semua pengusaha dan petani untuk terus berusaha untuk meningkatkan produksi padinya.
Tapi yang sangat mengagetkan saya adalah perkataan presiden yang bunyinya :

"Di karawang, di hitung 1 hektar (dapat menghasilkan) 13,43 ton, tapi faktanya 10,7 ton," ujar Jokowi.
Sudah sebegitu besarkah produksi hasil petani padi di Karawang??
Selama ini saya beranggapan jika produksi hasil pertanian kita masih dibawah 4 ton seperti yang saya saksikan sendiri di pulau sumatera, tepatnya di Sumatera utara. Dikampung saya sendiri yaitu di Desa Pematang buluh kec. Tj. beringin Kab. Serdang Bedagai para petani hingga saat ini disaat saya menulis ini hanya bisa menghasilkan 1 ha tidak sampai setengah dari produksi di karawang.
Apa yang terjadi hingga perbedaan produksi hasil pertanian antara karawang (pulau jawa) dengan pematang buluh bisa sejauh itu??

Pak Presiden tolonglah beri perhatian...

Ada ketimpangan pembangunan yang sangat mencolok terjadi saat ini antara Pulau Jawa dan Pulau-pulau lain di Indonesia. Ketimpangan pembangunan itu disebabkan oleh perhatian dari pemerintah pusat yang tidak memandang sama rata antara pulau jawa dan daerah lainnya, akibatnya pembangunan di pulau jawa di genjot terus sementara di daerah lain masih tertinggal jauh.

Salah satu contoh perbedaan perhatian pemerintah adalah di bidang Pertanian. Pertanian di pulau jawa saat ini sudah sangat maju, bendungan dan saluran irigasi sudah hampir bisa mencukupi kebutuhan petani untuk mengairi sawahnya, tetapi hingga saat ini bendungan dan irigasi di Pulau sumatera sangat jauh dari mencukupi yang artinya sangat kurang. Bahkan petani di pematang buluh sama sekali tidak mengandalkan irigasi dalam bertani, para petani hanya mengandalkan hujan dalam bertani hingga saat ini. Dengan kata lain mereka adalah para petani "tadah hujan".

Disaat musim hujan mulai datang para petani pun siap-siap untuk menggarap sawahnya, tapi jika musim kemarau berkepanjangan maka para petani jadi pengangguran besar-besaran.
Semoga pemerintah pusat dan daerah memberi perhatian serius atas kebutuhan para petani di daerah-daerah diluar jawa, sehingga rencana pemerintah untuk swa sembada pangan bisa terwujud.

1 komentar: